Wednesday, October 13, 2010

Ketika Keluarga Mendapat Posisi Sentral di Publik

Di Australia, keluarga mendapat posisi sentral. Salah satunya dengan menjadikan Hari Keluarga sebagai hari libur publik seperti di Wilayah Ibukota Australia (ACT).

Di ruang publik, keluarga selalu mendapat tempat tersendiri. Hampir semua taman dilengkapi dengan sarana bermain anak. Berbagai pusat perbelanjaan menyediakan Ruang Orangtua (Parents Room). Dengan demikian, tidak saja ibu melainkan juga ayah dapat menjalankan perannya di ruang publik.

Merayakan Peran Keayahan
Dalam sebuah film haru-biru seorang ayah yang sekarat dan menjelang ajal, putrinya yang telah menjadi pelayar nun jauh di seberang lautan menghubungi melalui telepon satelit. Ia mengakui ayahnya merupakan laki-laki pertama dalam hidupnya dan yang memperkenalkannya pada dunia maskulinitas. Sebuah peran keayahan yang jarang mendapat tempat dalam keseharian kita.

Tidak demikian halnya di negara-negara maju, peran ayah mendapat berbagai pengakuan. Salah satunya adalah Hari Ayah (Father's Day). Di Australia dan sekitarnya (Fiji, Papua Nugini dan Selandia Baru), tahun ini Hari Ayah jatuh pada tanggal 5 September (Minggu pertama September). Sedang di Amerika Serikat, tempat Hari Ayah diawali, jatuh pada Minggu ketiga bulan Juni.

Pada hari yang membahagiakan itu, sang ayah akan mendapat berbagai hadiah dari putra-putri, istri dan kerabatnya. Di Australia, barang elektronika dan perangkat keras (hardware) tampaknya masih menjadi favorit hadiah untuk sang ayah. The Epoch Times yang mengutip analisa informasi bisnis IBISWorld memperkirakan belanja perangkat keras dan barang elektronika pada Hari Ayah 2010 kembali melonjak, bakal naik 13 persen menjadi AU$ 236 juta. Selain itu minuman keras, buku dan compact disc (CD) menjadi pilihan lain hadiah.

Banyak keluarga merayakan dengan makan siang bersama karena Hari Ayah jatuh pada hari Minggu. Tak jarang mereka berkumpul di kediaman sang kakek atau bahkan kakek buyut, sehingga empat generasi melakukan reuni keluarga. Masakan favorit sang ayah tentu mendapat prioritas, namun kerap pula masakan ayah yang dirindukan anak-cucunya. Seperti tetangga sebelah rumah kami, cucunya justru merindukan masakan buatan sang kakek, karena ketika balita ia kerap dititipkan di sana.

Tidak sedikit keluarga yang merayakan dengan menraktir sang ayah makan di rumah makan kesukaannya. Atau merayakan di tempat terbuka taman-taman kota. Seperti di Canberra, pemerintah negara bagian Wilayah Ibukota Australia (Australian Capital Territory/ACT) mendukung Hari Ayah yang dipusatkan di Weston Park dengan berbagai kegiatan yang melibatkan keluarga, mulai dari permainan, musik dan sebagainya.

Indonesia secara resmi memang tidak memiliki Hari Ayah, namun tidak berarti kita tidak bisa merayakan peran keayahan. Apalagi dengan makin banyaknya keluarga inti/batih (nuclear family) mandiri dan jauh dari orangtua, yang berarti tak lagi bisa mengandalkan kakek-nenek untuk membantu menjaga cucu. Kian lazim pula istri memasuki dunia publik, sehingga peran ayah kini mitra sejajar untuk berbagi beban. Dengan demikian beban rumah tangga tidak semata-mata bertumpu pada sang ibu yang harus berperan ganda.

Apalagi banyak keluarga muda yang kian menghargai status ayah. Makin banyak lelaki matang yang menikmati predikat sebagai ayah dan berhasrat memiliki lebih banyak waktu bagi keluarga dan anak-anaknya.


Cuti Sebagai Ayah
Bentuk lain dari peran keayahan yang mendapat pengakuan di banyak negara Barat dan negara maju adalah cuti sebagai ayah (paternity leave). Ini merupakan bentuk cuti sebagai orangtua, di samping cuti melahirkan (maternity leave) yang sudah lazim bagi perempuan yang bekerja secara publik.

Bahkan Perdana Menteri (PM) Inggris, David Cameron pun baru-baru ini mengambil cuti tersebut. Itu setelah istrinya, Samantha melahirkan anak keempat mereka melalui operasi caesar. Menurut undang-undang Inggris, ayah baru dapat mengambil cuti yang tetap digaji hingga dua pekan.

Di Australia, mulai 1 Januari 2011, ayah baru akan berhak cuti hingga 18 pekan dengan digaji berdasarkan upah minimum. Bahkan di Bulgaria, seorang ayah atau kakek berhak mengambil cuti kelahiran (maternity leave) hingga 1 tahun dibayar 100 persen oleh negara.
Sedang di Indonesia, cuti bagi ayah baru masih tergantung kebijakan kantor masing-masing. Meski wajarnya diberikan dalam 1-2 hari ketika sang istri melahirkan. Sebenarnya, Indonesia bisa mencontoh Kanada yang membayar cuti kelahiran melalui sistem asuransi pekerja. Sebab, peran ayah tidak kalah dengan peran ibu dalam pengasuhan anak-anak. Semoga peran keayahan kian mendapat tempat di Indonesia.

* Penulis adalah mantan jurnalis harian di Jakarta yang kini menetap di selatan Canberra

No comments: