Monday, December 13, 2010

Need For Achievement

Ketika artikel dipublikasikan media, sebagai penulis lepas, ini merupakan sebuah capaian (achievement). Terlebih ketika belum ada prestasi atau capaian lain dalam artian signifikan.

Ini mengingatkan pada Need for Achievement (N-Ach), pelajaran di bangku kuliah. N-Ach mengacu pada keinginan seseorang akan suatu capaian signifikan yang menyangkut ketrampilan atau suatu standard kompetensi tertentu.

N-Ach mengarah pada sesuatu yang sulit untuk diraih. Individu dengan N-Ach rendah memilih suatu capaian yang relatif mudah untuk mengurangi risiko gagal. Sedang individu dengan N-Ach tinggi bakal tertantang untuk meraih capaian dengan standard tinggi yang terukur. Karenanya individu tersebut menyukai tantangan dan memiliki kemandirian yang tinggi pula.

Dengan N-Ach, ada suatu standard tertentu yang kita anggap sebagai capaian. Suatu pujian atas ketrampilan tertentu bisa merupakan suatu capaian bagi suatu individu, namun tidak demikian halnya bagi individu yang lain.

Bagiku, pujian atas ketrampilan domestik (tanpa merendahkan keuletan rumah tangga) belumlah merupakan suatu capaian signifikan. Ini menjadi bagian kegelisahan domestifikasi.

Ini karena tidak ada standard signifikan dalam capaian domestik. Pahadal kalau kita melakukan penghitungan moneter atas ketrampilan rumah tangga, nilai per jam-nya bisa melebihi pekerjaan purna waktu di arena publik yang mendapat penghargaan nyata.

Mengingat N-Ach berkorelasi dengan perasaan positif, ada baiknya orangtua mendorong kemandirian anaknya dengan rajin-rajin memberi pujian dan penghargaan atas capaian si bocah.

Negara maju relatif lebih sadar akan N-Ach ini, sehingga sedemikian banyak penghargaan akan kepahlawanan sederhana di tengah masyarakat. Maka negara ini 'rajin melahirkan' pahlawan-pahlawan cilik di berbagai bidang guna memupuk capaian besar di masa mendatang.


Canberra, 10 December 2010 (menyambut Dedek Mika)