Tuesday, October 14, 2008

Menyelamatkan Pelindung Bumi

ADAKAH kehidupan lain di luar bumi? Demi menjawab pertanyaan ini, berbagai misi dan wahana luar angkasa telah bertolak meninggalkan bumi. Terakhir berupa temuan es di kutub Planet Mars yang mengasumsikan adanya air, namun toh belum bisa memastikan adanya kehidupan di planet dewa perang itu.
Planet bumi yang relatif mungil dibanding ukuran tata surya dan berbagai galaksi lainnya, toh punya kedudukan demikian istimewa di jagat raya ini. Sejauh pengetahuan kita saat ini, bumi dengan segala keunikannya masih merupakan anugerah tak terhingga yang memungkinkan terselenggaranya kehidupan. Bumi masih menjadi satu-satunya tempat tinggal mahluk hidup di alam semesta yang luas ini.
Salah satu keunikan itu, bumi memiliki lapisan ozon (03, tri oksigen). Lapisan ozon inilah yang menjadi pelindung bumi dari sinar ultra-violet (UV) yang membahayakan. Sudah bukan rahasia lagi kalau lapisan pelindung bumi ini berlubang. Tepat ketika warga dunia memperingati Hari Ozon Internasional yang jatuh pada tanggal 16 September, Badan Meteorologi Dunia (WMO) memberi kejutan. Bukan sembarang kejutan, melainkan dengan pernyataan bahwa ukuran lubang ozon di Antartika telah lebih besar ketimbang ukuran maksimumnya di tahun 2007 seperti dikutip kantor berita Xinhua.
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu mengungkapkan dalam beberapa pekan, lubang ozon telah berkembang dengan pesat dan kini melampaui ukuran maksimum yang dicapai tahun lalu. WMO menyebutkan lubang ozon mencakup 27 juta kilometer persegi. Maksimum yang dicapai 2007 adalah 25 kilometer persegi.
Tahun 2008 ini lubang ozon akan terus berkembang hingga mencapai ukuran maksimum baru. Lubang ozon Antartika telah dipantau sejak era 1980-an. Biasanya lubang itu terbentuk di Agustus, hingga mencapai ukuran maksimumnya pada akhir September atau awal Oktober sebelum kembali pulih utuh di pertengahan Desember.
Tentu ini mengejutkan. Pasalnya, para ilmuwan juga kian menekankan kemungkinan keterkaitan antara kerusakan bumi dan perubahan iklim dengan lubang ozon ini. Belum lagi berkembangnya kanker kulit dan sejumlah penyakit yang akan timbul akibat tekanan terhadap respons kekebalan yang disebabkan tingginya radiasi UV-B antara lain penyakit kulit, campak, chicken pox, herpes, malaria, leishamaniasis, TBC, kusta, dan infeksi jamur, seperti candidiasis.

Bahan Perusak
Memang lapisan ozon nun jauh berada di bawah stratosfer, antara 15-30 kilometer di atas permukaan bumi. Namun tidak berarti lapisan itu bebas dari dampak kegiatan manusia.
Adalah zat bernama kloroflorokarbon (CFC) buatan manusia yang meningkatkan kadar penipisan ozon. CFC ini digunakan masyarakat modern mulai dari lemari pendingin (kulkas), bahan dorong dalam penyembur, pembuatan busa dan bahan pelarut terutama di pabrik elektronika.
Setiap satu molekul CFC yang dibebaskan, molekul itu bisa bertahan 50-100 tahun dalam atmosfer sebelum dihapuskan. Dalam waktu kira-kira lima tahun, CFC bergerak naik dengan perlahan ke stratosfer (10 – 50 kilometer dari permukaan bumi). Di atas lapisan ozon utama, pada ketinggian 20– 25 kilometer, kurang sinar UV diserap ozon. Molekul CFC terurai setelah bercampur dengan UV, dan membebaskan atom klorin. Nah atom klorin inilah yang berupaya memusnahkan ozon dan menghasilkan lubang ozon tadi.
Masyarakat dunia telah menyepakati Protokol Montreal untuk mengurangi penggunaan Bahan Perusak Ozon (BPO) sampai lebih dari 95 persen, guna melindungi lapisan ozon untuk generasi sekarang dan masa depan. Caranya dengan tidak menggunakan barang atau produk yang masih menggunakan BPO. Misalnya kalau membeli kulkas, pendingin udara (AC), pastikan produk itu tidak mengandung CFC. Atau produk kosmetik dengan semprotan (spray), jangan beli yang aerosol mengandung CFC.
Pengurangan BPO juga bisa dicapai dengan mengurangi gas rumah kaca (GRK) dalam jumlah yang sangat besar. Sebagaimana kita ketahui GRK salah satunya diproduksi kendaraan bermotor, maka dengan mengurangi pemakaian kendaraan bermotor kita ikut membantu menyelamatkan pelindung bumi kita yang satu ini.

No comments: