A (lelaki) menulis email kepada B (perempuan),... pernah terpikat pada C (lelaki), sebuah kalimat tanpa subyek.
Setelah B menanyakan subyeknya, ternyata yang dimaksud adalah B sendiri.
Kalimat tanpa subyek itu sebuah pernyataan, bukan pertanyaan. Tidak jelas
apakah pernyataan itu meminta konfirmasi.
Karena subyeknya B dan email itu ditujukan kepada B, kenapa A tidak
menanyakan atau mengkonfrontasi langsung ke B?
Dengan membuat pernyataan itu, (seolah) B adalah obyek. Maka itu jelas
adalah sebuah tuduhan sepihak, tanpa konfirmasi.
Ini merupakan bagian kebiasaan Asia dan masyarakat feodal yang enggan
mengkonfrontasi langsung lawan bicaranya, berputar-putar, tidak straight to
the point.
Ini bertolak belakang dengan watakku dan langgam Jawa Timuran yang lugas.
Tak jarang aku merasa terganggu dengan gaya berputar-putar yang tidak lugas
seperti ini. Sebuah benturan budaya yang tak terelakkan.
Jakarta, 12 Mei 2008
Friday, May 30, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment