Sunday, June 10, 2007

Tanpa Televisi

Theodor Adorno pernah menyebut televisi sebagai media
terbesar. Namun dedengkot Mazhab Frankfurt ini melihat
televisi salah satu pencipta kebutuhan (demand create)
yang memabukkan.
Dengan kesadaran kritis seperti itu, aku memilih hidup
tanpa televisi sejak tinggal di kost.
Bagiku televisi sebuah barang yang 'egois', yang gak
bisa 'disambi'.
Televisi menyedot perhatian tanpa mau 'dialihkan'.
Tidak seperti radio, telivisi tak bisa ditonton sambil
membaca, menulis atau pekerjaan serius lain.
Paling-paling nonton televisi sambil menguyah,
yang sama-sama konsumtif.
Maaf, terlebih tayang televisi di Indonesia khas
tayangan 'instan' gak perlu 'mikir', cenderung
komersial, mengumbar nafsu kaya, seks dan darah, kalau
tidak mengekspos gosip.
Tak banyak pengetahuan apalagi pencerahan yang bisa
diharapkan dari tayangan televisi.
Mungkin ini juga bagian 'wathon beda'-ku (kelihatan berbeda)
yang tak suka ikut arus.
Yang jelas ini adalah sebuah pilihan!
Jakarta, 8 Juni 2007

No comments: