Wednesday, May 9, 2007

“Herzliche Gruesse”

Pameran Unik Mengalami Bahasa dan Budaya Jerman

JAKARTA – Pameran bahasa. Dapatkah Anda bayangkan bagaimana menyajikan bahasa sebagai bahan pameran?
Bahasa biasanya dipahami secara struktur kalimat dan bunyi, kini harus tampil dalam bentuk visual. Memvisualisasikan bahasa adalah jawaban dalam pameran yang bertajuk Herzliche Gruesse (Salam dari Jerman) ini.
Pameran ini mengajak pengunjung mengalami berbahasa Jerman secara unik. Pengunjung diajak melihat, mendengar, membaca dan merasakan bahasa yang konon terkenal sulit ini dalam bilik-bilik yang dipamerkan.
Bilik pertama berwarna biru (Blau) yang mengajak mengerti bahasa Jerman dengan rasio. Anda akan disambut dengan permainan silinder paduan kata yang dapat diputar secara horisontal. Apabila warna di tengah menghasilkan warna yang serupa dan segaris mendatar, Anda mendapatkan jawaban yang benar. Dari silinder permainan kata ini pengunjung berkenalan dengan artikel khas bahasa Jerman, Die, Der, Das untuk kata benda feminin, maskulin dan netral.
Di sini pula Anda akan menemui huruf vokal khas Jerman, a, u, o dengan titik dua di atas, yang dikenal dengan umlaut. Sayangnya, keyboard Melayu tak mengenal abjad macam ini, juga ss (dobel s) yang ditulis seperti huruf B dengan ekor ke bawah.
Dalam sambutan pembukaan pameran, Wakil Duta Besar Republik Federal Jerman, Hermann Sausen sempat bercanda mengenai analisis psikolog Amerika. Psikolog itu menilai suasana gundah pada orang-orang Jerman karena banyaknya umlaut yang diucapkan.
Di dalam bilik biru ini pula terdapat gambar yang menunjukkan kata kerja-nya. Seperti melihat (sehen) yang dilanjutkkan dengan grammar struktur kalimatnya.
Lalu ada lempeng-lempeng kotak bergambar yang dihubungkan dengan pipa sehingga bisa diputar vertikal. Lempeng ini menggambarkan kehidupan dan budaya Jerman.

Merah dan Kuning
Berikutnya adalah bilik berwarna merah (Rot) yang melambangkan emosi. Di sini kita diajak mengenal bahasa Jerman lewat perasaan.
Maka yang ditemui pertama adalah bait sajak pujangga Jerman, seperti Johann Wolfgang von Goethe. Tidak ketinggalan lirik lagu dan musik di samping sebuah layar yang menyajikan film bisu masih hitam putih.
Yang menarik di dalam bilik ada sederet gambar mulut dengan senyuman-senyuman yang khas. Tentu saja pemiliknya adalah tokoh-tokoh asal Jerman yang terkenal, misalnya pembalap Formula 1 Michael Schummacher.
Dari perasaan, kita menuju bilik kuning (Gelb) yang menitikberatkan pada masalah komunikasi. Maka kita bertemu dengan sapaan-sapaan yang khas Jerman. Kemudian kartun dan media massa Jerman mewakili gambaran penggunaan bahasa Jerman di sini.
Seperti di bilik yang lain, film selalu menyertai. Di bagian belakang bilik kuning ini menampilkan film 50 tahun periklanan di Jerman (50 Jahre Werbung in Deutschland) dengan durasi 9:45 menit.

Rumah Keong
Selanjutnya kita menuju Suara Keong (Klang Schnecke) yang berbentuk labirin mirip rumah siput. Ketika tanda hijau seperti di lampu penyeberangan menyala, silakan berjalan perlahan dan mengikuti suara yang datang dari speaker di lantai rumah keong itu.
Anda akan merasakan suasana seperti di pedesaan Jerman dengan kukuruyuk ayam yang terdengar. Ada pula situasi yang serasa kita di tengah hiruk-pikuk stasiun kereta bawah tanah (U Bahn).
Keluar dari sana, kita bertemu dengan bilik yang berbentuk segi enam bertajuk Figur Jerman (Deutschland Bilder). Selain foto-foto kehidupan di Jerman, bilik ini menyajikan angka-angka statistik sekaligus peta 16 negara bagian Jerman yang berwarna-warni membentuk semacam puzzle.
Terakhir adalah semacam dinding dengan kontur bergelombang yang dinamai Uebrigens Welle. Dinding berupa lempeng-lempeng kotak dengan gambar yang mewakili dunia luar yang berhubungan dengan Jerman.
Pada salah satu dindingnya ada konfigurasi huruf yang mengisahkan gambar yang dimaksud. Misalnya huruf-huruf Die Zeit Verrint (Waktu berjalan) yang membentuk jam pasir atau huruf Apfel yang berbentuk buah apel.
Tak lupa ada papan teka-teki silang pada sisi luar bilik. Tentu saja teka-teki itu berbahasa Jerman pula.
Ide kreatif memvisualisasikan Bahasa Jerman ini telah dipamerkan di berbagai negara. Sebelum di Jakarta, pameran serupa digelar di Singapura dan Malaysia. Pameran ini digelar di Galeri cipta II Taman Ismail Marzuki, Cikini Raya Jakarta. Pameran akan berlangsung setiap hari pada pukul 9-21 tanggal 7-16 April 2004.
Panitia menjanjikan berbagai hadiah menarik bagi yang berhasil menjawab permainan-permainan unik dalam bahasa Jerman itu. Jadi, Berbahasa Jerman, kenapa tidak? Deutsch warum nicht? Sembari dalam hati bertanya kapan ya, bahasa Indonesia bisa divisualisasikan begitu rupa sehingga menarik dan unik? (SH/mega christina)

10 April 2004

No comments: