Sunday, November 29, 2009

Di Islamabad, Sekolah Murah Bukan Sekadar Jargon

Selasa, 24 November 2009 13:03

Islamabad - Apakah Anda membayangkan studi lanjut di luar negeri dengan biaya sendiri yang lebih terjangkau ketimbang di dalam negeri? Itu bukanlah tidak mungkin.
Contohnya Adam Bakhtiar yang saat ini menempuh Studi Islam tingkat magister (S2) di International Islamic University Islamabad (IIUI) dengan biaya sendiri. Pemuda kelahiran Malang, Jawa Timur ini mengaku biaya studinya hanya US$ 100 per semester ditambah biaya hidup di asrama US$ 100. Dengan demikian, hanya dengan US$ 200 per semester, Ketua Ikatan Mahasiswa Indonesia (IIUI) itu sudah bisa kuliah S2 di sebuah perguruan tinggi terkemuka.
Pengakuan itu dibenarkan Muladi yang tengah menyelesaikan tesis Magister Syariah di universitas yang sama. Sarjana alumni Kairo ini bahkan memperoleh beasiswa karena indeks prestasi kumulatifnya (IPK) di atas tiga.
Adam Bakhtiar dan Muladi merupakan bagian dari sekitar 70 mahasiswa Indonesia yang tengah belajar di universitas yang didirikan atas rekomendasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam di Lahore di tahun 1974 itu.
Di antara ribuan mahasiswa, warga China merupakan mahasiswa terbanyak di IIUI yang mencapai lebih dari 600 orang. Mereka datang tidak hanya dari provinsi China yang mayoritas menganut agama Islam, tapi juga mereka dari kalangan yang nonmuslim.
“Kami miliki hubungan yang sangat baik dengan China. Kami juga memiliki beberapa perjanjian kerja sama dengan beberapa pihak, seperti dengan Provinsi Ningxia dan Asosiasi Ilmu Sosial Ningxia yang setiap tahunnya mengirimkan lebih dari 100 mahasiswa,” kata Fateh Muhammad Malik, Rektor dan guru besar IIUI ketika menerima SH dan delegasi media dari Indonesia di kampus baru IIUI di Sektor H Islamabad, pekan lalu.
Menurutnya, IIUI juga memiliki kerja sama berupa pertukaran mahasiswa, pertukaran sarjana, tenaga pengajar, serta pertukaran publikasi dengan universitas Islam di Indonesia.
“Umumnya kami memiliki kerja sama dengan universitas di negara-negara muslim yang menjadi anggota Konferensi Negara-negara Islam (OKI),” tambah Malik yang juga salah satu tokoh sastra Pakistan.

Fakultas Nonagama
Meski menyandang nama universitas Islam, IIUI telah berkembang menjadi sebuah perguruan tinggi negeri yang mencakup berbagai fakultas nonagama, seperti teknik, sosial, ekonomi dan manajamen, seni dan bahasa, serta teknologi informasi (TI). Sementara dari awal didirikan di era 1980an, IIUI memiliki tiga fakultas agama, yakni Syariah, Studi Islam (Usuluddin), dan Bahasa Arab.
Kendati demikian, sebagai universitas Islam, IIUI konsiten memisahkan mahasiswa dengan mahasiswi. Kampus mahasiswi dipimpin seorang direktur perempuan dengan seluruh tenaga pengajar perempuan pula.
Baik kampus mahasiswa maupun mahasiswi memiliki beberapa blok dengan gedung perkuliahan tiga lantai bergaya Timur Tengah dengan batu bata merah yang masing-masing di tengahnya memiliki taman rindang untuk belajar bersama. Masing-masing kampus itu memiliki perpustakaan dan auditorium terpisah pula.
Kampus baru seluas lebih dari empat hektare di Sektor H—sektor yang ditujukan untuk pendidikan di pinggiran Islamabad itu—tampak masih akan terus berkembang, sebagaimana Kampus Universitas Indonesia di Depok. Tempat ini merupakan sebuah lingkungan pendidikan yang mengundang sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa asing.

No comments: