Sunday, May 25, 2008

Negeri Para Calo

HINDARI
Pengurusan keimigrasian melalui calo!!!
CALO MERUGIKAN KITA SEMUA!!!
Begitu kalimat yang tertulis pada spanduk biru yang terbentang di atas
pintu kaca Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Pusat di Jalan Merpati.
Pada kaca di kiri dan kanan pintu itu juga tertempel stiker, "Pastikan
pelayanan kami bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme" SMS 021-32622888.
Rabu, 21 Mei 2008 pukul 11.33 penulis menjejakkan kaki di kantor imigrasi
itu. Penulis meletakkan map berisi formulir Perdim 11 dan segala dokumen
persyaratan permohonan paspor di loket pertama lalu duduk menunggu. Usai
istirahat satu jam tengah hari, penulis kembali menunggu hingga sekitar
pk.14.30 petugas loket memanggil. Sembari mengembalikan dokumen asli,
petugas memberikan potongan kertas bertuliskan nama penulis, tanggal masuk
(dicap) 21 May 2008, tanggal kembali wawancara/foto: 22/5/08 jam 11.00
dengan catatan: surat-surat asli dibawa pada saat wawancara.
Dikurangi jam istirahat, berarti setidaknya membutuhkan waktu dua jam untuk
mendapatkan potongan kertas panggilan itu.

Hari Kedua
Kamis, 22 Mei 2008 pk.10.50 penulis kembali tiba di loket pertama sambil
menunjukkan potongan kertas panggilan. Petugas meminta menunggu.
Di kertas itu tertera jam, toh harus menunggu juga. Lalu apa artinya kertas
panggilan tadi?
Hingga beberapa saat menjelang tengah hari, petugas memanggil sembari
menyerahkan kembali map berisi berkas-berkas yang kemarin penulis ajukan.
Usai jam istirahat, penulis masih harus menunggu meski sudah memegang
kuitansi pembayaran.
Sementara klien para calo yang baru datang, bisa langsung dapat panggilan.
Bahkan ada yang tanpa segan langsung menyelonong masuk ke ruang foto, tanpa
ada panggilan.
Yang paling terasa usai foto, penulis harus menunggu di luar ruangan.
Sementara klien calo yang foto belakangan, bisa mendapat panggilan lebih
dulu. Bahkan ada klien calo yang langsung dari ruang foto masuk ke ruang
wawancara dan 'duduk manis' di hadapan ibu petugas pewawancara, tanpa ada
panggilan!
Benar-benar proses imigrasi ini dikuasai para calo! Penulis dan sedikit
orang yang mencoba menjadi warga negara baik dengan mengurus paspor sendiri
- tanpa melalui calo - ternyata selalu terkalahkan para calo.
Kenapa tidak ada nomor panggilan macam antrian bank yang transparan? Kenapa
tidak ada pengawas yang memantau klien calo yang menyelonong?
Selain itu alur dan lama proses yang terpampang di layar monitor terlalu
kecil dan tak terbaca.
Penulis perlu seminggu lagi kembali untuk mendapatkan paspor. Padahal
seorang calo mengatakan, lewat dia bisa sehari jadi! Nah!
Begitu keluar, di teras kiri-kanan pintu keluar itu berkumpul sebagian
calo. Tepat di bawah spanduk tadi. Apa artinya ini semua?

Jakarta, 22 Mei 2008

No comments: