Kesadaran ekologis yang sederhana, secara tidak langsung dan tidak
sengaja telah ditanamkan almarhumah Mama.
Sedari kecil, Mam selalu mengajarkan untuk irit dengan mengurangi
penggunaan barang-barang, apalagi energi. Sebelum ada kampanye hemat
listrik, Mam telah memulainya. Bahkan Mam rela bangun subuh hanya
sekedar untuk memadam beberapa lampu depan rumah agar tidak terus menyala
menjelang matahari terbit.
Mam juga selalu berupaya memperpanjang 'umur' pemakaian barang dengan
memanfaatkan kembali atau meneruskan pada yang lebih membutuhkan.
Memanfaatkan plastik bekas, mengumpulkan kertas pembungkus yang masih
baik, karet gelang merupakan kebiasaan Mam dalam 'reuse'. Kertas dan karet
itu tak jarang berfungsi kembali untuk pembungkus di toko kami.
Dalam melakukan recycle, Mam menerapkan cara sederhana. Misalnya nasi
lebih yang sudah lewat 24 jam, Mam akan jemur untuk dibikin 'karak'.
Biasanya kemudian diberikan ke penjual sayur untuk dibuat krupuk atau 'nasi
aking'.
Mam yang tidak tamat SMP saja sudah paham 3R. Sebenarnya ini bukan
masalah pendidikan, tapi masalah kearifan terhadap alam dan kehidupan.
Sebuah 'local wisdom' yang Mam turunkan dari Nggua Mak (nenek dari pihak mama)
yang Buddhis.
Jakarta, 15 Oktober 2007
Wednesday, October 17, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment