Mendarat di Bali untuk benar-benar liburan, baru kali ini kulakukan. Denyut Sanur tanpa kemacetan, tanpa hentakan gas kendaraan yang terburu-buru, tanpa lengkingan klakson, tanpa motor yang berkejaran di garis stop traffict light. Dari cara berlalu-lintas saja, terasa detak jantung Bali berdetak
tenang, tanpa ketergesaan Jakarta, tanpa serobot-serobot ketidakpastian. Ada kesantunan, tapi juga detak yang melambat merambati waktu low season pasca Bom Bali II.
Langgam orang Bali yang mengedepankan adat dan ritus menjadi bagian ketenangan, bergerak santai mengikuti alam. Apalagi hidup agraris, nelayan dan seniman yang bergantung pada kemurahan alam dan seni.
Bali, 24-27 November 2006 bersama Mc
tenang, tanpa ketergesaan Jakarta, tanpa serobot-serobot ketidakpastian. Ada kesantunan, tapi juga detak yang melambat merambati waktu low season pasca Bom Bali II.
Langgam orang Bali yang mengedepankan adat dan ritus menjadi bagian ketenangan, bergerak santai mengikuti alam. Apalagi hidup agraris, nelayan dan seniman yang bergantung pada kemurahan alam dan seni.
Bali, 24-27 November 2006 bersama Mc
No comments:
Post a Comment