Hanya selang 3 bulan, gempa dahsyat berkekuatan 8,7 skala Richter (SR) kembali menghantam Nias dan Simeulue. Memang alam sah dan berkuasa, namun akal budi manusia dikodratkan menguasai alam dalam arti positif. Manusia dengan kecerdasannya seharusnya mampu menghindarkan atau paling tidak meminimalkan dampak bencana (mitigasi).
Belajar dari gempa dan tsunami 26 September 2004, di bawah UN International Strategy for Disaster Reduction, Pusat Peringatan Tsunami Jepang dan Amerika Serikat menyebarkan fax gempa 8,2 SR ke negara tetangga Indonesia. BMG Thailand langsung menyiarkan dan meneruskan berita itu, sehingga penduduk di enam provinsi yang menghadap Laut Andaman dapat menyelamatkan diri. Presiden Sri Lanka dalam hitungan detik diberitahu dan segera muncul di televisi diikuti dentang lonceng dan pengumuman di kuil-kuil.
Indonesia? Ya Tuhan, bebal kali bangsaku ini?! Tengah malam dihubungi televisi, BMG belum bisa memberi penjelasan rinci!
Rakyat tunggang-langgang tanpa koordinasi, hanya 'dituntun' naluri survival. Kalaupun polisi bergerak itu pun spontan bukan atas fakta scientific!
Jakarta, Maret 2005
No comments:
Post a Comment