Tuesday, April 24, 2007

John Paul II

Tanggal 2 April 2005, belahan bumi utara masih cukup dingin (untuk ukuran tropis), Paus Yohanes Paulus (YP) II tutup usia. Ini seperti titik stop dari spekulasi kematian beberapa hari, bahkan beberapa kali sebelumnya.
Karol Wotyla konsekuen dengan ajarannya anti-euthanasia. Dia sendiri membuktikan dalam derita, ia menjemput maut dengan tabah setelah bertahun-tahun menderita Parkinsons.
Kapitalisme dan seluruh gemerlap modernisme demikian menghindarkan manusia dari sakit dan derita. Padahal ada makna, pemanaham religius yang mungkin bisa dipandang sadomasochis, di balik penderitaan dan rasa sakit. Sebuah rasa manusiawi yang kehilangan 'daya tarik'nya di tengah gegap-gempita konsumerisme 'membunuh rasa pedih'.
Namun aku sulit menerima doktrin YP II yang anti-kontrasepsi. Bahkan kondom pun dipandang penghalang kehamilan yang tidak membunuh sekali pun.
Namun aku tetap hormat dan bangga memiliki YP II sebagai pemimpin tertinggi
umat Katolik. Bangsa di seluruh dunia pun, tanpa memandang agama, menghormati karya-karya YP II. Hampir semua negara berpenduduk Katolik ia kunjungi.
Ia menentang Amerika dalam Perang Irak dan kapitalisme, sama kerasnya dengan tentangannya terhadap kekejian Komunisme. Di bawah kepemimpinannya, Gereja Katolik menjadi mercusuar moral universal dan pluralistis.

Jakarta, April 2005

No comments: