Monday, March 30, 2009

Earth Hour

Sedikit lama-lama menjadi bukit. Begitu aku meyakini perkara lingkungan hidup. Andai setiap orang mematikan sebuah lampu, meski cuma 10 Watt, kalau sejuta orang sudah jadi 10 juta Watt.
Ini berlaku ketika Earth Hour. Sengaja berdiam di rumah, menjelang pukul 20.30 kumatikan semua lampu dan alat elektronik di kamar serta mengurangi lampu koridor. Lalu kunikmati 'bermain air' dengan mencuci pakaian pakai tangan. Hand washing yang hemat energi.
Menunggu pukul 21.30, di balkon kulihat lampu penerangan jalan depan rumah dan lampu hias Grand Indonesia ikut dimatikan. Tampaknya imbauan Earth Hour tahun ini lebih berhasil ketimbang 1-2 tahun lalu, ketika diawali dari Sydney. Keberhasilan ini kian menggarisbawahi keinginan masyarakat untuk mendinginkan bumi menjelang UNFCCC di Kopenhagen akhir 2009.
Sayang Jakarta pusat berawan, sehingga bintang-gemintang tidak merajai kegelapan malam. Betapa kita juga butuh kegelapan malam, saat-saat mempersilakan cahaya alam bertahta menggusur kelam.


Jakarta, 28 Maret 2009

1 comment:

yuli nugrahani said...

Gelap pukul 20.30 - 21.30 di rumahku malah diawali oleh Albert dan Bernard yang sudah antusias dengan ajakan itu dari beberapa hari sebelumnya. Padahal mereka sedang nonton George of the jungle, dengan rela hati mematikan TV, lalu mematikan semua lampu dan nyungsep di kamar gelap-gelapan berpanas ria tanpa kipas. Motivasi mereka sih,"Biar bisa cerita ke teman-teman pada hari Senin nanti." Okeylah, tapi mereka mulai melihat bahwa satu orang pun ada efeknya pada seluruh dunia. Salam.