Friday, May 4, 2007

Menunggangi Emosi

Masih ingat ketika jatuh cinta? Dalam situasi senang, jatuh cinta, dll seperti itu emosi kita cenderung:
1. berlebih-lebihan atau malah melebih-lebihkan (dunia serasa indah, melayang-layang tanpa perlu naik pesawat terbang, hehehe...)
2. cenderung tidak memikirkan orang lain, kecuali orang yang menjadi 'obyek' cinta/rasa senang, dll
3. menggebu-gebu untuk/harus mendapatkan.

Sebaliknya kalau kita sedang marah, patah hati, dll akan terjadi kebalikannya:
1. berlebih-lebihan juga (dunia serasa runtuh, neraka basement ke-7, hihihi...)
2. cenderung memikirkan kesalahan/kejelekan 'obyek' kemarahan/patah hati, dll tadi
3. menggebu-gebu untuk mati-matian menolak.

Setelah waktu berjalan, jatuh cinta (maupun patah hati) tak lagi bikin fly. Apakah 'obyek' cinta berubah? Ada lah perubahannya, tapi sebenarnya bukan yang bersangkutan berubah, tapi kita-nya yang menjadi lebih realistis (alias 'kelihatan' belangnya).

Emosi seperti kita melihat air sungai. Air yang kita lihat detik itu, sebenarnya berlalu dan tak lagi sama dengan yang kita lihat. Yang kita lihat adalah 'jejak/tilasan'.

Emosi juga seperti itu jejak/tilasan itu meninggalkan bekas dalam hidup kita. Inilah karma (habitual tendency, hukum tebar-tuai), karma baik maupun karma buruk.

Karma ini akan mempengaruhi jalan pikir. Pengalaman-pengalaman kita di masa lalu berperan di masa mendatang. Kita cenderung bereaksi berdasarkan pengalaman masa lalu itu.

Emosi tidak selalu negatif. Emosi dapat menjadi kekuatan/energi positif yang menggerakkan. Emosi dapat menjadi tekad positif untuk menolong sesama.

Ada 3 hal untuk 'menunggangi' emosi:
1. Jangan 'memberi label' pada emosi seperti marah, kecewa, dll secara berlebihan.
2. Jangan 'memiliki' emosi/memberi subyek. Misalnya saya marah, hilangkan subyeknya
3. Jangan 'memberi obyek' pada emosi.

Ini tidak mudah, tapi kebijaksanaan (wisdom/prajna) menjadi dasar untuk 'mengendalikan' emosi.
Kebijaksanaan memahami bahwa tidak ada gunanya marah (misalnya) karena tidak bisa diperbaiki/sudah lewat.

Contoh emosi negati antidote/penawarnya:
1. Kesombongan ><>
2. Serakah (greed) tidak bisa membuang ><>
3. Tidak peduli ><>

Semoga berguna!

Jakarta, 19 Maret 2006
Disarikan dari Dharma Teaching Om Salim Lee - Potowa Centre

No comments: