Usai tes psikologi di Sartono untuk masuk SH, aku ikut Slema ke Madiun. Aku menyadari, pada Slema & Aliffiati, aku bela-belain. Ini karena obsesiku akan inklusivitas dan pluralisme. Aku yakin, hanya dengan merajut persilangan budaya (cross cutting culture) yang inklusif beginilah, kemanusiaan dapat ditegakkan. Tanpa itu, ide-ide sektarian, xenophobia, rasisme, dll akan mudah mengambil bentuknya.
Ini pula yang mendorongku mencoba 'jalan' dengan 'Alex' Guterres dari Timor Leste. Seakan aku ingin membuktikan diriku tidak rasialis. Permasalahannya tidak sesederhana itu, ada banyak soal lain di atas ide inklusif & pluralis, ini urusan hati yang tak bisa dipaksakan.
Jakarta, 19 April 2001
Ini pula yang mendorongku mencoba 'jalan' dengan 'Alex' Guterres dari Timor Leste. Seakan aku ingin membuktikan diriku tidak rasialis. Permasalahannya tidak sesederhana itu, ada banyak soal lain di atas ide inklusif & pluralis, ini urusan hati yang tak bisa dipaksakan.
Jakarta, 19 April 2001
No comments:
Post a Comment